Valentine Day: Sejarah dan Hukum Merayakannya dalam Perspektif Islam

- Selasa, 14 Februari 2023 | 19:19 WIB
Pandangan MUI mengenai maraknya ucapan hari Valentine day atau hari kasih sayang 14 februari (pixabay/waichi2021)
Pandangan MUI mengenai maraknya ucapan hari Valentine day atau hari kasih sayang 14 februari (pixabay/waichi2021)

FOKUS SURABAYA - Tanggal 14 Februari diperingati sebagai Valentine Day atau hari kasih sayang. 

Banyak remaja yang merayakan Valentine Day. Biasanya mereka memberikan coklat kepada orang yang dicintainya.

Islam sebagai agama yang komprehensif mengatur semua hal, termasuk hukum perayaan Valentine Day

Sebelum membahas tentang hukum Valentine Day perspektif Islam, bagaimana sebenarnya sejarah Valentine Day? Berikut ulasannya.

Baca Juga: Ada 4 Kategori Manusia Menurut Imam Khalil al-Farahidi yang Dikutip Imam Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumiddin

Sejarah Valentine Day 

Ribuan literatur yang berupaya menggali sejarah awal Valentine Day masih berbeda pendapat. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Abu Ubaidah Yusuf ibn Mukhtar as-Sidawi dalam buku Fiqih Kontemporer.

Kisah paling populer seputar Valentine Day adalah kisah dari Valentinus yang diyakini hidup pada masa Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M.

Namun, kisah ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau menilik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (penyembahan dewa-dewi) Romawi Kuno. 

Waktu itu, ada sebuah perayaan yang dikenal dengan nama Lupercalia. Di dalamnya terdapat rangkaian upacara penyucian di masa Romawi Kuno (13–18 Februari). Dua hari pertama dipersembahkan untuk Dewi Cinta ‘Juno Februata’. 

Baca Juga: Orang Islam harus Tahu Siapa Sahabat Nabi Muhammad yang Dijamin Masuk Surga? Berikut Jawabannya

Pada hari itu, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu, setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk bersenang-senang dan objek hiburan.

Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama paus atau pastor. 

Halaman:

Editor: Ahmad Saerozi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X