Menolak Lupa Kenangan Pilu Bom Surabaya 5 Tahun Lalu

- Minggu, 14 Mei 2023 | 06:45 WIB
Gelar doa bersama pada acara Peringatan 5 Tahun Bom Surabaya di GKI Jalan Diponegoro, Surabaya, Sabtu (13/5/2023) (Dokumentasi Ahmad Rizky Wahyudi)
Gelar doa bersama pada acara Peringatan 5 Tahun Bom Surabaya di GKI Jalan Diponegoro, Surabaya, Sabtu (13/5/2023) (Dokumentasi Ahmad Rizky Wahyudi)

FOKUS SURABAYAMasih terlekat di benak kita tentang tragedi bom 5 tahun lalu yang menggedor empat lokasi di Surabaya: GKI Diponegoro, Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB), Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, dan Polrestabes Surabaya. Peristiwa itu tepatnya pada 13 Mei 2018.

Kenangan itu tak ubahnya pilu teramat dalam bagi seluruh masyarakat khususnya para penyintas bom Surabaya yang larut hingga saat ini.

Tentu tak perlu ada yang menyalahkan maupun disalahkan. Tugas kita adalah merefleksi diri agar kejadian serupa tak terulang kedua kalinya.

Baca Juga: Meriahkan HUT Kota Surabaya ke-730, DKPP Surabaya Adakan Insta Meet Pesisir Surabaya

Mengenang 5 tahun pasca terjadinya peristiwa bom Surabaya, GKI Diponegoro Surabaya menjadi tempat dihelatnya acara yang bertajuk "Refleksi Peristiwa 13 Mei dalam Kacamata Orang Muda" pada Sabtu malam, 13 Mei 2023.

Mereka yang hadir pada acara tersebut adalah segenap jemaat gereja, para aktivis forum umat lintas agama, dan masyarakat sekitar.

Acara itu meliputi pemutaran film, sharing session, penampilan seni, deklamasi, orasi kebudayaan, moment of silence, dan doa lintas agama.

Salah satu pemuka agama, Djadi Galajapo mengusulkan supaya tanggal 13 Mei dijadikan sebagai peringatan Hari Permohonan Maaf dan Pemaafan. Tak lain supaya terus peristiwa itu terus diingat dan dijadikan pembelajaran kelak untuk generasi mendatang.

Baca Juga: Napas Lega Tim Bajul Ijo

"Usulan saya itu barangkali bisa disampaikan ke pemerintah. Selain itu, kita juga bisa terus berjumpa dan membangun dialog supaya tidak mendeskriditkan orang yang berbeda keyakina. Mungkin sederhananya seperti itu yang bisa dilakukan oleh generasi muda," tutur Djadi.

Desmonda Paramartha (24) selaku penyintas kejadian bom di gereja SMTB, Surabaya mengaku bahwa ia merasa legawa dan ikhlas dengan adanya tragedi yang juga menimpanya itu. Ia tak ingin menanam kebencian berkepanjangan terhadap pelaku.

"Mungkin mereka iri dengan kami, dan kami pun juga tak begitu mengenal mereka. Doa saya agar mereka bisa diterima di sisi-Nya," ungkapnya.

Acara dipungkasi dengan gelar doa bergilir yang dipimpin oleh para pemuka agama dari Hindhu, Budha, Katolik, Islam, dan Protestan.

Baca Juga: Kirim Perabotan Rumah Tangga dari Kayu di Area Jatim dengan Lalamove

Halaman:

Editor: Redaksi Fokus Surabaya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X